isu semasa

Islam Tegah Sebar Aib dan Maksiat Sesama Saudara. Mana Hilang Rasa Malu?

Berikutan perkembangan politik negara kita yang semakin memalukan, kumpulan agamawan telah tampil untuk menegur masyarakat yang semakin tidak kisah menyebarkan aib dan maksiat saudara seagama demi mencapai agenda tertentu.

Antara pendakwah yang tampil menegur budaya kotor ini adalah Bro Firdaus Wong:


Masyarakat kita semakin kurang sensitif akan maksiat yang menimpa diri mereka dan sifat malu semakin terhakis dalam kehidupan. Kita bukan berbicara tentang tulen atau tidak video tersebut tetapi kita sedang berbincang tentang pemahaman masyarakat kita tentang agama kita.

Islam menegah kita untuk mendedahkan aib & maksiat diri kita dan saudara kita yang dilakukan secara bersembunyi (zina, minum arak, menonton porno :- perbuatan yang tidak memudaratkan masyarakat awam dilakukan) dengan harapan mereka akan bertaubat kerana perasaan malu melakukan maksiat di hadapan manusia lain. Ke mana hilangnya sifat malu yang merupakan cabang keimanan? Baginda Sallalahu Alaihi Wasalam bersabda;

“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.”[HR Muslim No 35]

Allah Subhana Wa Ta’ala memaafkan segala dosa kita melainkan mereka yang melakukan maksiat dan kemudian memberitahu kepada orang lain atau berbangga dengannya. Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasalam bersabda;

‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, 

‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” [HR Bukhari No 6069]

Suka saya kongsikan kata-kata Imam Ibnu Hibban al-Busti rahimahullaah untuk renungan kita bersama;

“Wajib bagi orang yang berakal untuk bersikap malu terhadap sesama manusia. Diantara berkah yang mulia yang didapat dari membiasakan diri bersikap malu adalah akan terbiasa berperilaku terpuji dan menjauhi perilaku tercela. 

Disamping itu berkah yang lain adalah selamat dari api Neraka, yakni dengan cara senantiasa malu saat hendak mengerjakan sesuatu yang dilarang Allah. Kerana, manusia memiliki tabiat baik dan buruk saat bermuamalah dengan Allah dan saat berhubungan sosial dengan orang lain.

Bila rasa malunya lebih dominan, maka kuat pula perilaku baiknya, sedang perilaku buruknya melemah. Saat sikap malu melemah, maka sikap buruknya menguat dan kebaikannya meredup.

Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya seseorang apabila bertambah kuat rasa malunya maka ia akan melindungi kehormatannya, mengubur dalam-dalam keburukannya, dan menyebarkan kebaikan-kebaikannya. 

Siapa yang hilang rasa malunya, pasti hilang pula kebahagiaannya; siapa yang hilang kebahagiaannya, pasti akan hina dan dibenci oleh manusia; siapa yang dibenci manusia pasti ia akan disakiti; siapa yang disakiti pasti akan bersedih; siapa yang bersedih pasti memikirkannya; siapa yang fikirannya tertimpa ujian, maka sebagian besar ucapannya menjadi dosa baginya dan tidak mendatangkan pahala. 

Tidak ada ubat bagi orang yang tidak memiliki rasa malu; tidak ada rasa malu bagi orang yang tidak memiliki sifat setia; dan tidak ada kesetiaan bagi orang yang tidak memiliki kawan. Siapa yang sedikit rasa malunya, ia akan berbuat sekehendaknya dan berucap apa saja yang disukainya.”
[Raudhatul ‘Uqalâ wa Nuzhatul Fudhalâ’ (hal. 55)]

Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala kurniakan kefahaman agama buat kita semua dan menutupi aib diri kita dan saudara kita. Allahuma Ameen.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close